Senin, 21 Maret 2011

Bikin Motor MP5 - MP6: Terima Jadi Rp 8 - 13,5 Jutaan


Kelas MP5 dan MP6 cocok buat pembibitan. Orang tua yang ingin anaknya merintis balap motor, tidak kedodoran dana, ketika bikin motor. Tidak seperti MP3 atau MP4 yang bisa sentuh angka Rp 40 jutaan. Nah, MP4 dan MP3 ini yang harus dipikir oleh para peramu regulasi ke depan. Terntunya supaya, dari MP5 dan MP6 ke MP3 dan MP4 tidak terlalu timpang.

Seperti kata Suryono. Dia tidak terbebani urusan dana untuk terjun di MP5 dan MP6. “Di MP5 dan MP6, karena faktor usia anak. Usia anak saya 12 tahun,” ujar Suryono, ayah dari Yoga Dio Syachputra dari tim Yonex Racing Team asal Jakarta.

Suryono ini, saban waktu sering di Pondok Cabe. Lagi ngapain di sana? Ooo, rupanya dia jaga anak. Anaknya sedang memperdalam ilmu fisik di IRA MX.

Merombak jadi motor balap MP5 dan MP6, cukup sediakan Rp 8 – 13,5 juta. Tapi itu jika ingin bikin di tunner nasional ternama. Alias, terima jadi dan di luar suspensi belakang. Tapi kalau mau bikin sendiri, tentu gak sampai segitu. Karena harga itu termasuk jasa korek engine.

Harganya jauh di bawah MP3 dan MP4, karena tak banyak yang boleh diganti. Kelas ini mengharuskan pemakaian part standar yang dikorek. “Balap pahe. Dilarang ganti karbu, magnet dan lain-lain,” ungkap Waskito Ngubaini alias Merit.

Seperti regulasi di buku kuning, bermain di MP5 dan MP6 setidaknya 4 part bisa dimainkan. Mulai dari klep. Sejatinya, tak boleh ada ubahan diameter payung klep. Tapi pasal 14 Ayat 2. 7B poin 2 di buku kuning, sebutkan, diameter kepala klep harus sesuai aslinya. Tetapi diameter batang bisa diubah.

Makanya, banyak tunner pakai klep Honda Sonic. Klep ini bisa dipasang di Honda Blade atau Yamaha Jupiter. “Aslinya Sonic 28 mm/24 mm. Lalu, dibikin ulang sesuai diameter standar. Seperti Jupiter jadi 23 mm (in) dan 20 m (ex),” jelas Merit yang banyak bikin motor luar Jawa.

Harga satu set klep Sonic di pasaran Rp 130 ribu. Penggantian batang klep lebih besar, agar kuat terima letupan kompresi. Bisa juga punya Suzuki Shogun 125. "Harga Rp 80 ribuan, lebih murah. Ukuran payung klep aslinya 25 mm/22 mm, diubah jadi 23 mm/20 mm,” kata Hawadis, tunner yang banyak bikin mesin.

Adriansyah, tunner yang sekarang meracik pacuan Honda ini, pilih klep standar. Hanya, klep dipendam dikit. Misal, jika standar bermain 10 mm, dibikin jadi 9,5 mm. Cara ini bisa cegah klep berbenturan, ketika disetel 3,5 mm saat overlap. “Pemakaian kem durasi tinggi, tidak masalah,” tambah Adri.

Karburator, tercantum di Pasal 14 Ayat 2. 7L poin 2 & 5. Karburator standar dari produksi motor itu alias karbu bawaan motor. Tapi, boleh dimodifikasi bagian dalam. Tapi, haram mengubah arah, sudut dan panjang manifold.

Maka itu, reamer dilakukan demi memperbesar diameter venturi dan skep. Misalnya Jupiter. Karbu standar direamer 22 mm. “Karena bentuknya oval, bagian atas dibikin jadi 22 mm, sampingnya 18,5 mm,” timpal Merit.

Begitu juga Blade. Diameter venturinya direamer jadi 21,4 mm. Lebih dari itu, bolong. Itu angka maksimal buat Blade. “Kalau Karisma atau Supra X 125 di MP5 masih bisa 22 mm,” timpal Adri.

Direamernya karburator, tentunya ada penyesuaian lagi di botol skep. Biasanya banyak yang andalkan skep milik Suzuki Tornado. Karena diameternya besar. Atau, skep Honda GL-100 yang berdiameter 21,5 mm. Biaya reamer plus skep sekitar Rp 200 ribuan.

Lanjut, rasio! Buku kuning Pasal 14 Ayat 2. 7N poin 6 sebutkan gear rasio boleh diganti. Bisa dilakukan di beberapa gigi atau full. Misal yang dilakukan Adri pada Blade. Gigi pertama hanya dilakukan penggantian satu sisi dengan menurunkan dari 34 jadi 32 mata. Lalu, gigi II tetap standar. Gigi III, juga ganti sebelah. Terakhir gigi 4, ganti kedua rasio sesuai kebutuhan.

Begitu juga Merit pada Jupiter. Penggantian gigi I, 2 dan 4. Tidak tertinggal, Hawadis, “Sebenarnya penggantian rasio sama saja seperti MP1 dan MP lainnya. Silakan dilihat kebutuhannya,” kata tunner berdarah Madura ini.

Harga gear rasio full set sekitar Rp 2,5 jutaan. Tapi, “Kalau pilih satuan, bisa sampai Rp 1,3 - 1,5 juta,” yakin Nanang Gunawan, peracik rasio balap dan harian terkemuka di Indonesia.

Meski haram penggantian magnet, tapi malah diperbolehkan mengubah sistem pengapian. Misalnya dari pengapian AC dibikin jadi DC.

Begitu juga otak pengapian. Bisa diganti pakai produk racing aftermarket. Misalnya, CDI BRT atau Rextor. Harga tergantung tipe dan merek yang diinginkan.

Pemakaian piston juga ikut dibebaskan. Yang penting, ukuran masih tetap standar. Mulai dari FIM iston hingga TDR bisa dan silakan dipakai. Begitunya untuk Jupiter, ini bagai dilema. Karena untuk terjun di MP5, piston tetap pakai 52 mm. Tapi rangka lebih siap dong? Wkwkwk...

Silakan lirik dan dihitung!


 Ganti demi jaga kompresi
Cukup Ganti Ring Piston


Sebagai balap murah, ini juga berdampak pada pemakaian suku cadang dan perawatan. Perawatan MP5 dan MP6 tergolong murah. Tidak seekstrem perawatan MP1 dan hingga MP4.

Dengan power yang tidak banyak diumbar, komponen lebih aman dan tahan lama. “Cukup perhatikan kompresi,” jelas Sardin Pasaribu, asisten mekanik tim Honda Banten.

Mengingat tidak banyak komponen yang bisa dimainkan di kelas ini, kompresi yang stabil jadi kuncian. Hal ini bisa dijaga lewat ring piston. “Kalau bisa, ring seher diganti setiap race. Sehingga kompresi bisa terjaga. Itu juga kalau bisa,” timpalnya.

Senada dikatakan Adriansyah. Kalau untuk ring piston, baiknya perhatikan gap saja. Jika lebih dari 0,1 mm, sebaiknya ganti. Begitu juga dengan piston. “Perhatikan clearance. Kalau terlalu jauh, ya sebaiknya diganti. Tapi kalau piston, tergolong lama,” kata pria yang sudah banyak meracik buat merek pabrikan motor.

Part lainnya, sil klep. Peranti penjaga naik-turunnya klep ini juga tergolong awet. Pergantiannya dilakukan setiap event. Bukan per race. Kampas kopling, juga awet. Bisa tahan untuk dua event.

Toh untuk mekanik rawat, tentu ini bukan pekerjaan berat. Makanya, tunner seperti Merit pun banyak kirim engine jadi ke luar Jawa. Tentunya untuk dipakai kompetisi di sana.

Sebab, mereka cukup memperhatikan usia dan kapan waktunya penggantian berdasarkan keausan part semata. Gak sulit kan?


 Cukup ganti batang klep
Bisa Pakai Harian


Boleh dibilang, spek yang ditawarkan MP5 dan MP6 ini tak ubahnya motor standar yang dipakai buat balap. Begitunya ketika diubah jadi spek balap pun, Ayah, Ibu, Kakak atau adik masih bisa pakai buat aktivitas harian.

“Karena kompresi mesin yang dipakai juga tidak terlalu tinggi. Begitu juga pemakaian komponen yang dibatasi aturan,” buka Agus Budi Susanto, tunner yang banyak garap engine Yamaha buat tim-tim balap ini.

Kompresi, biasanya hanya bermain 13:1. Angka ini, tak terlalu tinggi untuk ukuran bebek four stroke. “Apalagi regulasi baru di Kejurnas Seri II, mengharuskan pemakaian bahan bakar Pertamax. Kompresi lebih turun lagi,” bilang Eko ‘Ferry’ Febriyanto dari tim TDR Warid Racing Team asal Puwokerto, Jawa Tengah.

Dengan Pertamax, kompresi bisa saja main di angka 12,5:1. Makin enak buat harian tuh. Lewat langkah ini, tunner atau bengkel-bengkel umum biasa juga bisa bermain atau bikin spek MP5 dan MP6.

Apalagi, dana yang dibutuhkan juga enggak terlalu tinggi. “Itu bisa saja. Kan hanya beberapa part yang diubah. Misalnya, penggantian klep standar dengan yang batangnya lebih besar. Jadi, klep kuat untuk diajak bermain lift tinggi,” tambah Agus yang dari Yogyakarta ini.

Malah Menurut Ferry, kalau racikan atau spek engine MP5 dan MP6 itu bagus, time yang didapat juga enggak jauh dari catatan waktu terbaik yang ditorehkan motor MP3 dan MP4. "Itu kalau spek-nya bagus ya," beber tunner yang motornya dipacu Irfan Riyadhoh.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More